Bambang Imam Pramuji. AKN Ahli Muda DJPK
1. Pendahuluan
Pembangunan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) bukan hanya soal meningkatkan layanan sosial, tetapi sangat bergantung pada tersedianya infrastruktur dasar: konektivitas digital, listrik, transportasi, hingga sistem keuangan dan administrasi yang andal. Sejumlah studi di kawasan perbatasan menunjukkan bahwa keterbatasan infrastruktur menjadi akar berulang dari berbagai ketertinggalan lain, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga kapasitas ekonomi lokal (N. Nurliani, 2024).
Kajian literatur yang dianalisis dalam tulisan ini menggambarkan bahwa:
Kesenjangan konektivitas digital dan jaringan telekomunikasi masih sangat besar di 3T, meski ada program BTS, WiFi publik, dan internet desa (Priska Apnitami, 2023; Hotlif A Nope, 2025; Bella Aulia Zupti, 2025).
Ketersediaan energi listrik yang andal dan terjangkau belum merata, sehingga membatasi pengembangan layanan publik dan ekonomi lokal (Michael Suryaprawira, 2024; Shafa Aristia Nurhalizah, 2025).
Infrastruktur transportasi laut dan darat menjadi faktor kunci bagi aksesibilitas barang, jasa, dan mobilitas manusia, terutama di wilayah pulau-pulau kecil dan perbatasan (Reskyah Fitriani, 2023; Anita Kurniati, 2025).
Infrastruktur keuangan dan tata kelola digital (sistem keuangan desa, elektronifikasi transaksi pemerintah, branchless banking) memiliki potensi besar untuk mengurangi eksklusi keuangan di 3T, tetapi menghadapi tantangan kapasitas dan kepercayaan (D. Situmorang, 2021; Elsa Natalia Sinulingga, 2025; Eddy Rusman, 2025).
Keterbatasan infrastruktur ini berimbas langsung pada kualitas layanan pendidikan dan efektivitas pembelajaran jarak jauh di wilayah 3T (Alfonso Alfonso, 2021; Raka Sedatiwara, 2023; Ariya Nyepi Lestari, 2025; Y. Benufinit, 2025).
Dengan demikian, pembangunan infrastruktur di 3T perlu dibaca sebagai agenda strategis lintas-sektor yang menentukan apakah layanan dasar benar-benar dapat diakses secara adil oleh warga negara di wilayah paling pinggiran.
...
4. Simpulan
Berdasarkan sintesis 20 artikel:
Tantangan infrastruktur di 3T bersifat multidimensi, meliputi:
Keterbatasan konektivitas digital dan telekomunikasi;
Akses listrik yang belum andal;
Transportasi laut dan darat yang belum terintegrasi;
Infrastruktur keuangan dan tata kelola digital yang belum matang.
Keterbatasan infrastruktur ini berujung pada ketimpangan layanan dasar, terutama di sektor pendidikan, serta menahan potensi ekonomi lokal dan inklusi keuangan.
Intervensi kebijakan sering bersifat parsial dan proyek-sentris, misalnya hanya membangun BTS atau WiFi tanpa skema keberlanjutan, atau mendorong elektronifikasi tanpa dukungan kapasitas dan jaringan.
Ke depan, kajian-kajian ini mengisyaratkan pentingnya:
Pendekatan pembangunan infrastruktur 3T yang holistik, lintas-sektor, dan berorientasi layanan;
Integrasi antara investasi fisik, penguatan kapasitas SDM lokal, dan pembenahan tata kelola;
Evaluasi berbasis bukti yang secara eksplisit memantau perubahan kesenjangan antara 3T dan wilayah maju.
Hasil lengkap :