Pendahuluan
Pendidikan di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) merupakan salah satu titik paling rentan dalam sistem pendidikan nasional. Di satu sisi, pemerintah telah menggulirkan berbagai program afirmatif, mulai dari pembangunan infrastruktur dasar, kebijakan tunjangan guru, hingga pengembangan teknologi pendidikan. Namun di sisi lain, berbagai kajian mutakhir menunjukkan bahwa kesenjangan kualitas layanan pendidikan antara wilayah maju dan 3T masih sangat nyata dan kompleks (Tutukansa & Tuffahati, 2022; Riyadi & Ghuzini, 2022).
Artikel ini menyajikan sintesis semi-ilmiah dari 20 artikel ilmiah yang secara khusus atau dominan membahas pendidikan di wilayah 3T di Indonesia. Tujuannya adalah:
memetakan klaster utama tantangan pembangunan pendidikan di 3T,
mengidentifikasi dimensi struktural, pedagogis, kultural, dan digital yang saling berkaitan, serta
merumuskan beberapa implikasi kebijakan dan agenda riset lanjutan.
Penutup
Kajian literatur ini menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan di wilayah 3T di Indonesia merupakan tantangan besar yang menyentuh dimensi struktural, pedagogis, digital, kultural, dan keadilan sosial sekaligus. Dua puluh artikel yang dianalisis memberikan gambaran bahwa kemajuan sudah ada, terutama dalam bentuk program afirmatif, pemanfaatan teknologi, dan inisiatif masyarakat sipil. Namun demikian, kesenjangan dengan wilayah maju masih lebar.
Ke depan, kebijakan pendidikan di 3T perlu dipandang sebagai bagian dari agenda keadilan sosial nasional, bukan sekadar program sektoral. Peningkatan kualitas guru, penguatan infrastruktur, pengembangan literasi dan numerasi, serta penghormatan terhadap identitas budaya lokal harus berjalan secara terpadu. Hanya dengan cara itulah pendidikan di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal dapat benar-benar menjadi jalan menuju masa depan yang lebih adil dan bermartabat.