Oleh: Bambang Imam Pramuji, Daniel Vincent
Judul : Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir: Tinjauan atas Tantangan Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi di Negara-Negara Berkembang
Abstrak
Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di negara berkembang masih menghadapi tantangan besar dari aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Kajian ini meninjau berbagai studi ilmiah yang diterbitkan antara 2020–2025 untuk mengevaluasi kondisi landfill, karakteristik lindi, efektivitas pengolahan, serta kebijakan yang diterapkan di negara-negara berkembang. Hasil kajian menunjukkan bahwa mayoritas TPA masih beroperasi dengan sistem terbuka tanpa pengelolaan lindi dan gas yang memadai, sehingga memicu pencemaran tanah, air tanah, dan udara, serta berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. TPA modern seperti sanitary landfill dan landfill bioreaktor menawarkan solusi teknis yang lebih aman, namun memerlukan investasi besar dan dukungan regulasi kuat. Strategi keberhasilan di beberapa negara mencakup penerapan regulasi ketat, teknologi inovatif, pendekatan ekonomi sirkular, dan skema pembiayaan inklusif seperti kemitraan pemerintah-swasta. Kajian ini juga mengidentifikasi berbagai celah penelitian, termasuk keterbatasan data limbah, standar pemantauan, dan studi kesehatan terkait kontaminan baru seperti mikroplastik dan residu farmasi. Kesimpulannya, pengelolaan TPA yang berkelanjutan memerlukan integrasi antara kebijakan yang progresif, teknologi yang tepat guna, dan pendanaan yang memadai.
Kata kunci: Tempat Pembuangan Akhir (TPA), lindi, limbah padat perkotaan, emisi gas rumah kaca, teknologi bioreaktor, ekonomi sirkular, kebijakan pengelolaan sampah, kemitraan pemerintah-swasta (PPP), mikroplastik, negara berkembang.
Abstract
Landfill management in developing countries continues to face significant environmental, social, and economic challenges. This review analyzes scientific publications from 2020–2025 to evaluate landfill conditions, leachate characteristics, treatment effectiveness, and relevant policy frameworks. The findings reveal that most landfills operate as open dumps with inadequate leachate and gas management, leading to soil, groundwater, and air pollution, as well as contributing to greenhouse gas emissions. Modern systems such as sanitary and bioreactor landfills offer safer technical alternatives but require substantial investments and robust regulations. Successful strategies in other countries include strict regulatory enforcement, innovative technologies, circular economy approaches, and inclusive financing models like public-private partnerships. The study also highlights research gaps, including limited waste data, monitoring standards, and health impact assessments related to emerging contaminants such as microplastics and pharmaceutical residues. In conclusion, sustainable landfill management requires the integration of progressive policies, appropriate technologies, and sufficient financial support.
Keywords: Landfill, leachate, municipal solid waste (MSW), greenhouse gas emissions, bioreactor technology, circular economy, waste management policy, public-private partnership (PPP), microplastics, developing countries.
Pendahuluan
Pertumbuhan populasi global dan perubahan pola konsumsi telah mendorong peningkatan volume limbah padat kota (MSW – Municipal Solid Waste), menjadikannya isu lingkungan yang semakin mendesak (Osra et al., 2021; Maalouf et al., n.d.). Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, pengelolaan MSW masih sangat mengandalkan metode pembuangan terbuka di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang belum memenuhi standar rekayasa teknis (Emalya et al., 2020; Maalouf et al., n.d.; Lindamulla et al., 2022). Pendekatan ini menimbulkan dampak serius bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat, termasuk pencemaran air tanah, udara, dan tanah (Abiriga et al., 2020; El-Saadony et al., 2023; Ozbay et al., 2021). Salah satu isu utama adalah keberadaan lindi yang tidak diolah dengan baik, yang dapat meresap ke dalam lapisan tanah dan mencemari sumber air bawah tanah (Abiriga et al., 2020; El-Saadony et al., 2023). Di Indonesia, karakteristik lindi umumnya memiliki kadar Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD – Biochemical Oxygen Demand dan Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD – Chemical Oxygen Demand )yang tinggi dan melebihi ambang batas pembuangan ke badan air (Emalya et al., 2020).
Secara historis, TPA telah menjadi metode utama dalam penanganan limbah domestik dan industri, terutama di negara-negara berkembang (Maalouf et al., n.d.; Ozbay et al., 2021). Meskipun pendekatan seperti daur ulang dan pemulihan energi mulai diterapkan, penimbunan limbah masih menjadi metode paling lazim dan ekonomis. TPA yang direkayasa secara teknis sebenarnya dirancang untuk menampung limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali, dengan tujuan utama melindungi kesehatan publik dan mencegah pencemaran lingkungan. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, TPA dapat menimbulkan dampak jangka panjang, termasuk akumulasi lindi dan emisi gas metana dari landfill (El-Saadony et al., 2023; Ozbay et al., 2021).
Masalah lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh pengelolaan TPA yang buruk menegaskan perlunya pembaruan kebijakan dan tata kelola yang lebih baik (El-Saadony et al., 2023; Ozbay et al., 2021). Pengelolaan lindi secara terkontrol sangat penting untuk menekan potensi kontaminasi, dan penegakan regulasi yang lebih kuat dapat membantu mengurangi dampak terhadap ekosistem (El-Saadony et al., 2023; Ozbay et al., 2021). Di Indonesia, tantangan utama dalam implementasi kebijakan mencakup desain TPA yang kurang memadai, minimnya pendanaan, lemahnya pemantauan data, keterbatasan tenaga terampil, dan belum optimalnya kerangka hukum (Mbazima et al., 2022). TPA juga merupakan sumber utama emisi metana antropogenik, gas rumah kaca yang lebih kuat dari karbon dioksida (Ozbay et al., 2021). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan dampak lindi TPA di Indonesia, mengevaluasi efektivitas landfill dalam sistem pengelolaan limbah saat ini, memberikan rekomendasi kebijakan yang relevan, serta menawarkan solusi inovatif untuk meminimalkan dampak lingkungan dari operasional TPA.