Oleh: Puji Eddi Nugroho, PhD
Latar Belakang
Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah kota yang terus meningkat. Volume sampah yang dibuang setiap hari memerlukan penanganan lebih efisien setelah cara tradisional seperti landfill mulai menjenuhkan. Di tengah urgensi tersebut, Pemkot Tangsel menggandeng teknologi ramah lingkungan berteknologi canggih, yaitu Hydrodrive Incinerator. Teknologi ini dioperasikan di Intermediate Treatment Facility (ITF), kawasan Parigi, Pondok Aren.
ITF ini bertujuan untuk menekan jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), terutama sebelum target jangka panjang berupa penerapan sistem waste-to-energy (WTE) di TPA Cipeucang terwujud.
Cara Kerja Operasi Incinerator
Penerimaan dan Pemilahan Sampah
Sampah dari wilayah sekitar (Kecamatan Pondok Aren) dikirim ke lokasi ITF. Sampah dipilah secara manual atau semi-otomatis untuk memisahkan sampah organik (biasanya dialihkan untuk kompos atau biodigester) dan sampah non-organik yang tidak bernilai ekonomi yang akan dibakar. Pemilahan penting agar yang masuk ke insinerator adalah sampah residu yang tidak bisa didaur ulang.
Pengeringan (Drying)
Sebelum masuk ke proses pembakaran, sampah dikeringkan terlebih dahulu menggunakan alat dryer. Tujuannya mengurangi kadar air pada sampah, karena sampah basah sulit dibakar dan menghasilkan banyak asap serta emisi.
Pembakaran Suhu Tinggi (High-Temperature Combustion)
Sampah kering kemudian dimasukkan ke dalam ruang pembakaran utama. Hydrodrive Incinerator ini menggunakan sistem pembakaran tertutup (closed incineration). Suhu mencapai 1.200 derajat Celsius, sangat cukup untuk menghancurkan senyawa organik kompleks dan meminimalkan limbah tersisa. Teknologi ini memanfaatkan steam dan tekanan tinggi (superheated steam) dalam sistem boiler tertutup, bukan hanya api langsung.
Pengelolaan Emisi dan Asap
Gas buang dari pembakaran (flue gas) tidak langsung dibuang ke udara. Melewati beberapa tahap penyaringan seperti Cyclone separator, menangkap partikel besar dari asap; Penyemprot air (Wet scrubber), menangkap sisa partikel halus dan senyawa asam. Filter karbon aktif akan menyerap logam berat dan senyawa berbahaya lainnya. Hasil akhirnya adalah emisi udara bersih yang sudah sesuai dengan baku mutu lingkungan dari KLHK.
Pengolahan Abu Sisa (Ash Treatment)
Proses pembakaran menghasilkan abu berat (bottom ash) dan abu ringan (fly ash), terbawa bersama gas dan ditangkap oleh filter. Abu-abu ini tidak dibuang sembarangan, melainkan bisa dimanfaatkan untuk material konstruksi (misalnya: campuran batako) atau dikelola khusus karena bisa mengandung logam berat.
Potensi Konversi Energi
Uap panas dari pembakaran dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin listrik, dalam konsep waste-to-energy (WTE). Di Intermediate Treatment Facility (ITF) Pondok Aren, sistem ini belum menghasilkan listrik dalam skala besar, tetapi desainnya sudah mempersiapkan untuk itu. Ke depannya, jika diterapkan secara penuh, fasilitas bisa menghasilkan energi listrik dari sampah dan menghemat biaya operasional ITF itu sendiri
Pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF)
Intermediate Treatment Facility (ITF) adalah fasilitas pengolahan sampah antara (intermediate) yang berfungsi sebagai tempat pengelolaan sampah sebelum dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Fasilitas ini biasanya dibangun di wilayah kota atau kecamatan untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA, mengolah sampah menggunakan teknologi (seperti insinerator, biodigester, dan komposter) serta menjadi bagian dari sistem pengelolaan sampah modern dan terdesentralisasi.
Fasilitas ITF ini telah diresmikan pada bulan Desember 2023 oleh Pemerintah Kota Tangsel. Lokasinya berada di atas lahan seluas 2.000 m², dan dibangun dengan total dana sekitar Rp 10,5 miliar, sebagai pilot project ITF berskala kecamatan, khususnya Pondok Aren. Lebih dari sekadar fasilitas pembakaran, ITF dirancang sebagai solusi sementara yang mendukung solusi permanen yaitu, pembangunan teknologi WTE di Cipeucang sesuai amanat Perpres No. 35 Tahun 2018. Sumber pendanaan utama adalah APBD Kota Tangsel melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Biaya digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pengadaan alat incinerator, dan operasional awal.
ITF di Kota Tangsel menggunakan teknologi hydrodrive incinerator. Hydrodrive Incinerator di ITF Pondok Aren memiliki kapasitas pengolahan 60 ton sampah per hari, dengan potensi untuk ditingkatkan hingga 100–150 ton jika didukung pemilahan sampah yang optimal. Suhu pembakaran mencapai 1.200 °C, memastikan sampah musnah secara efektif dan efisien. Sistem innovatif multi-tahap, yaitu pemilahan awal (organik vs non-organik); Pengeringan menggunakan alat “dryer” hingga kadar air rendah; pembakaran di boiler dengan media air dan steam superheated; dan penyaluran bottom ash ke TPA dan fly ash disaring untuk dimanfaatkan dalam pembuatan batako atau aspal.
Salah satu aspek penting fasilitas pengolahan sampah ITF ini adalah fitur teknologi yang bersertifikasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dimana bahwa teknologi ini mampu menangkap asap atau es yang ditimbulkan dari pembakaran sampah, sehingga tidak menyebabkan polusi. Sistem ini dilengkapi dengan Smoke-trap systems dan wet cyclone scrubber; kontrol emisi ketat melalui penangkapan partikel asap (fly ash); dan memastikan output udara mencapai ambang batas aman yang ditetapkan KLHK.
Selain memusnahkan sampah, Hydrodrive Incinerator berpotensi mengkonversi gas buangan menjadi listrik. Proyek ini dirancang untuk menghasilkan listrik yang cukup bagi operasional di ITF dan jika diperbesar di masa depan, kontribusinya bisa lebih besar saat diterapkan di TPA Cipeucang.
Teknologi ini tidak bisa berjalan sendiri, selalu dibarengi oleh peran aktif masyarakat. Melalui pemilahan sampah di sumbernya (rumah tangga), seperti penggunaan bank sampah, sampah bernilai jual dialihkan, sementara sampah non-ekonomis diarahkan ke incinerator. Ini menjadi solusi sementara dan harus disertai komitmen masyarakat untuk mengubah kebiasaan pengelolaan sampah.
Urgensi Untuk Masa Depan
Kelebihan dari Hydrodrive Incinerator ini antara lain, pengurangan volume sampah yang signifikan hingga 60 ton per hari, bahkan bisa lebih tinggi; emisi terkontrol lewat teknologi mutakhir, meminimalkan polusi udara; potensi energi dari gas buangan menjadi modernisasi pengelolaan energi lokal. Namun demikian ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi antara lain, kebakaran ringan menunjukkan pentingnya manajemen abu dan SOP yang lebih terperinci; membutuhkan dukungan masyarakat luas dalam hal memilah sampah di sumber; dan proyek ini hanya bersifat jangka menengah sehingga perlu disiapkan kapasitas dan infrastruktur untuk teknologi WTE berskala lebih besar di TPA Cipeucang.
Pemda Tangsel juga menyatakan bahwa meskipun kapasitas dasar 60 ton/hari, memasukkan sampah hasil pemilahan dan pemanfaatan lokal bisa mendorong angka tersebut menjadi 100–150 ton/hari.
Jadi, Hydrodrive Incinerator di ITF Pondok Aren adalah solusi inovatif, domestik, dan bersertifikasi untuk menanggulangi sampah kota. Ia menjawab kebutuhan mendesak dengan kapasitas tinggi (60–150 ton/hari); proses ramah lingkungan melalui pembakaran suhu tinggi dan filtrasi asap; dan potensi energi terbarukan lewat listrik dari gas buang. Namun, efektivitas teknologi ini sangat bergantung pada kolaborasi aktif warga untuk memilah sampah; operasional yang disiplin, termasuk pencegahan risiko seperti kebakaran abu; dan rencana jangka Panjang melalui integrasi dengan fasilitas WTE di Cipeucang. Dengan demikian, Hydrodrive Incinerator bukan solusi akhir, tetapi tonggak penting menuju sistem pengelolaan sampah modern dan berkelanjutan di Kota Tangerang Selatan.