oleh : Triyanto
Latar Belakang Sampah kini menjadi masalah besar terutama di kota-kota besar semisal di Yogyakarta, Bandung dan kota lainnya. Banyak daerah yang seolah sudah kehabisan cara untuk mengatasi pengelolaan sampah. Lalu dengan cara apa agar kita mampu mengelola sampah dengan proper?
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), jumlah timbulan sampah harian di Indonesia rata-rata mencapai 391,1 ton. Jumlah yang cukup besar mengingat kapasitas pemerintah khususnya pemda masih belum cukup memadai dalam mengelola sampah. Kemampuan daerah dalam mengelola sampah terutama disebabkan oleh terbatasnya alokasi pendanaan dimana pengelolaan sampah belum dipandang sebagai program penting bagi pemerintah daerah.
Di samping sampah biasa, yang tidak boleh dikesampingkan yaitu fakta bahwa Indoensia juga menghadapi persoalan soal sampah plastik yang mencapai 12 Juta ton. Peneliti dari Universitas Georgia, Dr. Jenna Jambeck menunjukkan bahwa pada tahun 2015 Indonesia berada di peringkat kedua dari 192 negara sebagai penyumbang sampah plastik ke lautan. Tentu saja fakta ini harus menjadi alarm bagi kita khususnya pemerintah untuk dapat memformulasikan kebijkan dan strategi yang tepat untuk mengendalikan persoalan sampah.
Hasil Monev Persampahan:
1. Komposisi jenis sampah rumah tangga merupakan jenis sampah yang paling besar porsinya. Data ini seharusnya menjadi basis dalam menyusun kebijakan dan program yang proper untuk mengatasi permasalahan persampahan. Oleh karena salah satu upayanya yaitu dengan merevitalisasi peran Bank Sampah yang notabene sudah banyak berdiri di lingkungan masyarakat, namun belum maksimal karena beberapa keterbatasan seperti: - Dukungan kebijakan - Dukungan pendanaan - Pola pikir masyarakat
2. Keberadaan TPS3R cukup penting dan efektif untuk mengurangi permasalahan persampahan Rumah Tangga (dari sisi hulu). Namun masih dijumpai beberapa TPS3R yang tidak beroperasi karena kurangnya komitmen pemilik kebijakan, Dinas LH kurang maksimal mendukung pengelolaan persampahan, tidak dilaksanakannya roadmap/desain persampahan di daerah, kurangnya kompetensi pengelola, dan rendahnya literasi masyarakat terkait persampahan
3. Beroperasinya TPS3R yang berkelanjutan berdampak pada ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di desa. Potensi income dan hasil pengelolaan sampah cukup besar untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dokumen lengkap :